Menjadi Guru Bijak di Era Tatanan Normal Baru (New Normal)

Menjadi Guru Bijak di Era Tatanan Normal Baru (New Normal)

Menjadi guru bijak dalam tatanan new normal mesti dilakukan, agar pembelajaran dapat terlaksana. Guru harus lebih kreatif dan inovatif menyikapi pola pembelajaran dalam situasi ini.

Kemunculan Covid-19 harus diakui telah menyebabkan terjadinya disrupsi diberbagai bidang, disrupsi tersebut kemudian berdampak pada berbagai aspek kehidupan masyarakat, seperti terganggunya perekonomian, sosial, politik, tidak terkecuali dunia pendidikan dimana pemerintah mengambil kebijakan untuk menutup sementara seluruh sekolah di negeri ini (kecuali zona hijau) dan menetapkan pembelajaran dilakukan dirumah.

Konsekuensi dari kebijakan pemerintah tersebut adalah adanya perubahan pada pola pembelajaran, perubahan dari pola tatap muka menjadi pembelajaran berbasis daring (online), pembelajaran dari pola klasikal menjadi pembelajaran berbasis teknologi. Perubahan-perubahan tersebut tentu menuntut kerja keras dari para guru dalam memberikan pendidikan terbaik kepada para siswanya.

Memasuki era tatanan baru (new normal) seperti saat ini, kebijakan pemerintah mengenai pendidikan tidak banyak berubah, sekolah memang diizinkan dengan protokol yang sangat ketat dan pembelajaran masih lebih banyak dilakukan dirumah melalui daring. New normal sendiri menurut Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmita, adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktifitas normal namun dengan ditambah menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan Covid-19. Menurut Wiku, prinsip utama dari new normal itu sendiri adalah dapat menyesuaikan dengan pola hidup. (Kompas, 16-05-2020).

Kondisi era tatanan baru menuntut guru-guru untuk lebih kreatif dan inovatif, tidak hanya itu guru dituntut untuk bijak dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Menurut penulis ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh para guru dalam menghadapi pembelajaran di era tatanan baru, antara lain: Pertama, guru harus secepatnya beradaptasi. Perubahan pola pembelajaran “memaksa” para guru harus segera beradaptasi khususnya dengan berbagai teknologi yang dibutuhkan dalam pembelajaran, guru tidak boleh mengeluh, guru harus menjadi inspirasi bagi siswanya dalam menghadapi kekacauan pembelajaran yang di sebabkan Covid-19 ini, saat ini guru yang dibutuhkan bukan hanya guru yang cerdas, tetapi guru yang mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan yang terjadi.

Kedua, guru harus mengubah mindset pembelajaran. Perubahan pembelajaran yang datang secara tiba-tiba harus diakui menyebabkan tekanan besar bagi guru, siswa, termasuk para orang tua. Guru dan siswa seperti tidak siap dengan perubahan yang datang begitu cepat, oleh karena itu disamping kemampuan adaptasi dengan teknologi, perubahan mindset pembelajaran menjadi penting bagi guru, di era new normal ini guru tidak boleh terbelenggu dengan pola tatap muka, guru sudah harus mampu merancang pembelajaran yang efektif dengan berbagai platform yang ada, guru harus mampu merancang pendekatan pembelajaran yang baru, kurikulum yang baru, media yang baru, bahkan harus memiliki ilmu pedagogi yang baru agar pembelajaran dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Ketiga, guru harus merancang pembelajaran dengan yang paling mungkin, bukan yang paling keren. Pembelajaran di era new normal seperti saat ini mengandalkan pembelajaran berbasis teknologi, meskipun sesekali tetap diadakan pembelajaran tatap muka. Untuk itu, guru harus mampu memanfaatkan berbagai platform teknologi yang ada untuk proses pembelajaran, hanya saja guru tidak boleh terpaku pada platform canggih mana yang harus digunakan, tetapi guru harus menggunakan platform teknologi mana yang paling memungkinkan dan ia kuasai.

Keempat, perluas jejaring (Personal network). Pembelajaran di era new normal menuntut guru-guru untuk banyak belajar bagaimana melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efisien, tentu untuk mencapai hal itu dibutuhkan berbagai pengetahuan baik metode, materi, dan media pembelajaran. Untuk itu guru harus mampu membangun jejaring kerja sama dengan berbagai pihak, baik dengan sesama rekan kerja melalui MGMP Network, atau dengan pihak lain yang dapat menyediakan berbagai kebutuhan dalam pembelajaran.

Kelima, kolaborasi dan sinergi dengan orang tua. Pembelajaran yang dilakukan di era new normal seperti saat ini membuat interaksi antara guru dengan para siswa menjadi sangat terbatas, tidak hanya interaksi tetapi juga berkurangnya perhatian yang bisa diberikan oleh guru terhadap para siswa, oleh karena itu kolaborasi dan sinergi antara guru dengan para orang tua siswa menjadi hal yang harus dilakukan, guru memberikan materi pembelajaran melalui jejaring teknologi, maka orang tua adalah perpanjangan tangan guru dalam mengawasi perkembangan siswa di rumah masing-masing, karena sejatinya tidak ada pemisahan antara tugas guru dan orang tua dalam mendidik anak-anak mereka.

Keenam, menekankan pada pengembangan moral dan motivasi. Harus diakui bahwa pembelajaran yang dilakukan selama pandemi covid 19 termasuk masa era new normal saat ini memunculkan berbagai persoalan, ketidaksiapan guru dengan pola daring, ketidaktersediaan berbagai perangkat yang dibutuhkan guru dan siswa untuk pembelajaran daring, ketidaksiapan orang tua dalam mengawasi anak-anak mereka agar tidak melenceng dalam penggunaan teknologi yang disediakan untuk pembelajaran, hingga kurangnya dana untuk pelaksanaan pembelajaran adalah sejumlah persoalan yang muncul.

Guru sebagai pendidik di era new normal dituntut untuk mampu menekankan pembelajaran berbasis moral dan motivasi, karena ketika moral dan motivasi terbangun dengan baik di diri peserta didik, pembelajaran akan berjalan dengan baik. Sermuanya itu, harus dihadapi secara bersama-sama, tidak hanya guru, siswa, dan orang tua, tetapi harus dipikirkan secara bersama lintas sektoral agar pendidikan anak-anak bangsa yang menjadi tanggung jawab negara tetap dapat berlangsung dengan baik.