PENDIDIKAN SENI SEBAGAI WAHANA  PENGEMBANGAN KREATIFITAS SISWA

PENDIDIKAN SENI SEBAGAI WAHANA PENGEMBANGAN KREATIFITAS SISWA

FSRD. ISI Padangpanajang

Pendahuluan

Istilah Seni identik dengan keindahan, kesenangan, dan imajinasi. dikala kita mendengar kata seni maka yang mungkin muncul dalam benak kita adalah suatu karya seni entah berupa benda, musik, bangunan, lukisan atau benda-benda indah lainnya yang diproduksi oleh seorang seniman yang tentunya sangat berbakat dan memiliki kreativitas yang tinggi. Dewasa ini seni tidak hanya merupakan suatu karya yang hanya bisa dinikmati saja, akan tetapi seni juga memiliki beberapa fungsi meliputi: 1). Fungsi Religi / Keagamaan, 2). Fungsi Komunikasi, 3). Fungsi Rekreasi/Hiburan, 4). Fungsi Artistik, 5). Fungsi Eksistensi, 6). Fungsi Education, 7). Fungsi Industri, 8). Fungsi Guna, 9). Dan Fungsi Terapi/Kesehatan.

Beranjak dari berbagai fungsi seni tersebut, seni mulai dikembangkan dan dimasukkan dalam bidang pendidikan. Dengan berbagai guna/fungsi seni tersebut, seni dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan. Dalam dunia pendidikan, seni juga memberikan pengaruh penting terhadap perkembangan mental maupun fisik peserta didik. Bahkan, dengan pendidikan seni, perilaku peserta didik dapat terbentuk kearah yang lebih baik karena seni dapat mengenalkan nilai-nilai dan norma- norma yang ada dalam masyarakat kepada peserta didik.

Pada dasarnya setiap individu memiliki aspek kreatifitas dan kecerdasannya masing-masing. Seni dapat memfasilitasi setiap orang untuk menuangkan atau mencurahkan segala kreativitas berdasarkan kehendak masing-masing orang itu sendiri. Maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana Pendidikan Seni memberi dampak atau mempengaruhi kreativitas seseorang. Semoga dengan makalah ini, kita dapat membentuk atau mengembangkan kreativitas seseorang dengan memanfaatkan pendidikan seni.

 

Pembahasan.

  1. Pendidikan Seni

Di bahagian ini kita awali dengan mengulas apa itu Pengertian Pendidikan, sebelum memaparkan pengertian pendidikan seni penulis ulas defenisi pendidikan secara umum, pendidikan merupakan suatu rangkaian aktivitas yang didesain dengan berbagai perangkat penunjang dalam rangka mencapai atau menghujutkan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Pendidikan secara spesifik beorientasi pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia, menghasilkan individu-individu yang cakap dan mampu berdaya saing dalam kehidupan lokal maupun global, di berbagai lini keilmuan. Seiring kemajuan keilmua dan tantang kehidupan manusia yang semakin komplek maka tumbuh dan berkembang juga disiplin pendidikan.

Manusia mahluk berfikir yang menghasilan prodak (budaya) sehingga manusia dalam kehidupannya bersifat dinamik, terus berdinamika dan berubah demi untuk mencapai kesempurnaan dalam kehidupan. Sebagai komponen dari kebudayaan baik seni maupun pendidikan mengalami pola perubahan yang sejalan dengan perkembangan pandangan hidup manusia/masyarakat. Pola pertumbuhan dan perkembangan tersebut salah satunya dampak dari proses pendidikan dan salah satunya pendidikan seni. Pada dasarnya pendidikan seni didasari pada dua komsep atau filosofi pendidikan seni, pertama yaitu konsep pendidikan seni yang berkaitan dengan aspek ekspresi dan artistic, kedua yaitu konsep pendidikan seni yang dikaitkan dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Dalam perkembangannya tujuan pendidikan seni meliputi aspek kognitif, afektif dan sikomotorik. Beberapa konsep pendidikan seni yang pernah ada antara lain.

1. Gerakan Reform.

Gerakan reform adalah usaha pembaruan di bidang konsep pendidikan seni yang mengutamakan kebebasan ekspresi sebagai cara untuk memberi peluang kepada peserta didik dalam mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya. Gerakan ini bertujuan untuk mendewasakan anak didik bukan hanya pada segi intelektualnya saja, akan tetapi menghendaki agar anak belajar dari perbuatan aktif melalui kegiatan seni, maksudnya adalah anak dapat belajar dengan baik dan mendapatkan “pelajaran” dari apa yang telah dialaminya sendiri, bukan hanya melalui cerita, teori ataupun ceramah saja, konsep pemebelajaran ini beranjak dari teori belajar konstruktivisme yang mendorong peserta didi untuk menemukan dan memecahkan masalah secara mandiri. Dengan pola pembelajaran ini peserta didik didorong mengembangkankan semua komponen dalan dirinya salah satunya untuk melatih kedua tangannya supaya supaya syaraf dari otak kanan dan otak kiri terlatih dalam menjalankan fungsinya.

2. Konsep Pendidikan Seni untuk Apresiasi

Konsep ini dipelopori oleh Alfred Lichtwart dan Konrad Lange, dengan pemikiran bahwa “persepsi” anak-anak kepada seni dan keindahan perlu dekembangkan melalui penghayatan langsung, baik melalui kegiatan menggambar maupun kegiatan observasi, dengan mengunjungi obyek-obyek seni seperti museum, sanggar seniman, pameran dan lainnya. Apresiasi terhadap seni menjadi langkah awal dalam menanamkan seni dalam diri peserta didik secara terus-menerus yang nantinya sebagai landsan pengembangan kreativitas peserta didik.

3. Konsep Pendidikan Seni untuk Pembentukan Konsepsi

Konsep ini bermula dari pemikiran bahwa “ menggambar adalah alat untuk mengungkapkan idea” yang dicetuskan oleh Walter Sargent. Gambar adalah bahasa yang digunakan untuk melahirkan dan mengembangkan ide-ide. Menggambar suatu obyek, berarti menerjemahkan persepsi ke dalam bahasa visual. Kegiatan menggambar merupakan kegiatan mental dan pikir yang dapat membentuk konsep. Konsep ini memandang seni sebagai proses kegiatan yang terkait dengan kemampuan kognitif.

4. Konsep Pendidikan Seni untuk Pertumbuhan Mental dan Kreatif

Menurut konsep ini, anak adalah idealnya, sedangkan seni adalah sarananya. Maksud dari konsep ini adalah, bahwa seni merupakan sarana bagi anak dalam proses pertumbuhan mental dan jiwa kreatifnya. Pendidikan seni dalam konsep ini memberi pengaruh yang besar terhadap pengembagan krativitas peserta didik dengan metode dan strategi pembelajaran yang mendorong peserta didik ke arah penumbuhan kreativitas.

5. Konsep Seni sebagai Keindahan

Konsep ini menyatakan bahwa seni identik dengan keindahan. Seni dari sudut pandang prodak dapat di kata gorikan indah apa bila memenuhi unsur-unsur estetik (dalam kontek berbagai macam cabang seni). Prodak seni yang indah didapatkan dari proses estetik, baik dari aspek skill maupun pengolahan gagasan/idea dengan pengaplikasian pada media yang tepat dan nantinya dapat di apresiasi oleh apresiator yang mampu menapresiasi tepat. Dengan demikian seni sebagai keindahan sesuatu yang objektif.

6. Konsep Seni sebagai Imitasi

Menurut konsep ini yang dimaksud dengan kegiatan seni adalah kegiatan meniru alam, dan setiap hasil seni haruslah tiruan dari bentuk alam. Pandangan ini merupakan salah satu teori awal tentang konsep seni yang masih berlaku dalam proses keatif di dunia pendidikan seni (seni rupa).

7. Konsep Seni sebagai Hiburan yang Menyenangkan

Konsep ini berpendapat bahwa seni haruslah sesuatu yang menyenangkan dan dapat menghibur pengamat. Suatu karya disebut karya seni jika dapat dinikmati oleh pengamat dan pengamat dapat menangkap makna atau mengerti pesan/ide penciptaannya. Praduk seni dalam kontek ini adalah produk yang mampu di nalar oleh pengamat/apresiator sehingga terjalin komunikasi antara produk seni yang diamati dengan apresiator/pengamat.

Dalam pendidikan seni di tingkat dasar dan menengah, konsep pendidikan seni diarahkan pada pembentukan sikap, sehingga terjadi keseimbangan intelektual dan sensibilitas, rasional dan irasional, akal pikiran dan kepekaan emosi. Konsep ini mulai dikembangkan oleh Plato dalam tesisnya Art should be The Basis of Education“. Konsep ini menempatkan seni sebagai materi, alat atau media dan metode yang digunakan dalam mencapai tujuan pendidikan.

 

 

  1. Kreativitas

Secara spesifik tujuan dari pendidikan diantaranya pengembangan kerativitas, pendidikan seni identik dengan pengembangan kreativitas. Semua orang tau akan pentingnya kreativitas bagi individu dan masyarakat. Di masa lampau, orang yang kreatif ditemukan hanya jika mereka telah membuat suatu produk yang orisinil. Padahal pengertian atau maksud dari kreativitas tidak hanya terbatas seperti itu saja. Kreativitas adalah kemampuan sesorang untuk menghasilkan komposisi, produk atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, pengembangan dari pola yang sebelumnya dan sebelumnya tidak ada yang membuatnya. Ia dapat berupa kegiatan imajinatif atau sintesis pemikiran yang hasilnya bukan hanya perangkuman, tetapi mencakup pembentukan pola baru dan gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya dan pencangkokan hubungan lama ke situasi baru dan mungkin mencakup pembentukan korelasi baru. Hasil dari sebuah kreativitas dapat berupa produk seni, kesusastraan, produk ilmiah, atau mungkin bersifat procedural atau metodologis. Unsur karakteristik kreativitas, yaitu antara lain :

1. Kreativitas merupakan proses, bukan hasil.

2. Proses itu mempunyai tujuan yang mendatangkan keuntungan bagi orang itu sendiri atau kelompok sosialnya.

3. Kreativitas mengarah pada penciptaan sesuatu yang baru, berbeda dan karenanya unik bagi orang itu, baik berbentuk lisan atau tulisan, maupun konkret atau abstrak.

4. Kreativitas muncul dari pemikiran divergen, lain halnya dengan konformitas atau pemecahan masalah sehari-hari yang timbul dari pemikiran konvergen.

5. Kreativitas merupakan suatu cara berpikir yang tidak sama dengan kecerdasan, yang mencakup kemampuan mental selain berpikir.

6. Kemampuan untuk mencipta bergantung pada pengetahuan yang diterima.

7. Kreativitas merupakan bentuk imajinasi yang dikendalikan yang menjurus kearah beberapa bentuk prestasi.

Pada umumnya, kreativitas diartikan dengan daya atau kemampuan untuk mencipta,

tetapi sebenarnya kreativitas memiliki arti yang lebih yaitu meliputi :

1. Kelancaran menanggapi suatu masalah, ide atau materi.

2. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dalam setiap situasi.

3. Memiliki keaslian atau selalu dapat mengungkapkan sesuatu yang lain daripada yang lain.

4. Mampu berpikir secara integral, bisa menghubungkan yang satu dengan yang lain serta dapat membuat analisis yang tepat.

c. Kebutuhan akan Kreativitas

Ditinjau dari aspek kehidupan manapun, kebutuhan akan kreativitas sangatlah terasa. misalnya saja pada jaman tekhnologi saat ini. Kita menghadapi macam-macam tantangan baik dalam bidang ekonomi, kesehatan, politik maupun dalam bidang budaya dan social. Peningkatan otomatisasi dalam perusahaan modern mempunyai dampak berkurangnya tuntutan pemikiran yang konstruktif, pekerjaan pun menjadi lebih ringan

Dan cepat selesai sehingga para pekerja memiliki banyak waktu luang.Namun, banyaknya waktu luang ini tidak dimanfaatkan dengan baik untuk penyaluran energy ke usaha atau ke kegiatan kreatif, yang biasanya dilakukan oleh sebagian besar orang adalah mereka cenderung mengikuti hiburan secara pasif atau melakukan kegiatan kelompok yang semuanya sudah ditentukan aturan mainnya. Bahkan dalam kehidupan pribadi dan keluarga tampak kecenderungan kuat ke arah pensteroetipan (klise), seakan-akan perilaku orisinil atau yang “lain daripada yang lain” dirasakan sebagai sesuatu yang aneh dan bahkan berbahaya.

Kemajuan teknologi dan ledakan penduduk yang disertai dengan berkurangnya persediaan sumber-sumber alami di lain pihak, lebih-lebih lagi menuntut setiap orang untuk dapat beradaptasi dengan memiliki pemikiran dan kemampuan yang kreatif serta pemecahan yang imajinatif. Kesadaran akan pentingnya kreativitas dewasa ini telah dirasakan oleh sebagian besar orang. Bahkan perusahaan dan bahkan departemen pemerintahan membutuhkan orang-orang yang meiliki potensi kreatif, akan tetapi kebutuhan ini belum cukup dapat dilayani.

d. Pembinaan Kreativitas melalui Pendidikan Seni di tingkat sekolah Dasar, Madrasah Ibtidayah dan Menengah.

Anak usia pendedikan dasar dan menengah merupakan masa keemasan dalam berekspresi kreatif. Kadar kreativitas anak masih sangat tinggi. anak dapat melakukan kegiatan berolah seni secara wajar dan spontan, karena daya nalar anak belum sampai membatasi keleluasaan untuk berkarya secara murni dan lugu. Ungkapan perasaan anak yang masih polos memungkinkan mereka untuk berekspresi secara wajar dan penuh spontan sehingga proses tersebut memiliki kebermaknaan bagi perkembangan mereka. Masa anak-anak dan menjelang remaja merupakan awal berkembangnya kreativitas. Kreativitas tampak di awal kehidupan anak dan tampil dalam bentuk permainan. Seperti kita ketahui bahwa usia Sekolah Dasar dan menengah adalah usia bermain, kehidupan anak banyak dengan aktifitas bermain. Bermain adalah mencoret, mencoreng, berteriak, meloncat, bergerak dan aktivitas lainnya. Kegiatan bermain yang disenangi anak ini dapat diwujudkan dalam pendidikan seni baik itu seni rupa, tari maupun musik. Kegiatan-kegiatan inilah yang diarahkan kepada pengembangan kreativitas.

Dengan demikian, berekspresi seni secara kreatif pada anak dimanfaatkan untuk membina dan mengembangkan kreativitas anak. Pendidikan merupakan usaha dalam membantu anak mencapai kesuksesannya, demikian pula dengan pendidikan seni. Karena itu, segala cabang dalam seni dapat digunakan sebagai media dalam bidang pendidikan. Seni sebagai cara dan seni sebagai sarana. Seni sebagai sarana/media pendidikan adalah konsep pendidikan seni yang sesuai bagi anak-anak sekolah dasar. Sedangkan seni sebagai tujuan yang utama seringkali diselenggarakan di sekolah-sekolah seni atau disanggar. Oleh karena itu, untuk pendidikan seni di sekolah dasar, guru tidak mengajarkan bagaimana untuk menggambar, bagaimana untuk menari dan bagimana untuk menyanyi saja, tetapi juga harus mengarah kepada pembinaan dan pengembangan kreativitas untuk mengangkat bakat dan potensi yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Dalam pendidikan seni, anak dibebaskan untuk mengekspresikan apa yang ada dalam jiwanya baik itu melalui gambar, kegiatan menyanyi ataupun gerakan-gerakan tari. Bebas berekspresi membuat anak dapat mengembangangkan apa yang ada dalam dirinya, kreativitas anak untuk menciptakan sesuatu juga semakin berkembang.

Pada usia SD, Menengah pertama anak mengalami masa keingintahuan dan perkembangan kognitif, afektif maupun psikomotor yang cepat. Perkembangan anak ini akan terhambat jika mereka “dibunuh” rasa keingintahuan dan kreativitas mereka. Kreativitas anak pada masa ini sangat beragam sesuai dengan tingkat kematangan dan perkembangan otak mereka. Oleh karena itu, untuk menunjang perkembangan kreativitas anak agar tumbuh optimal, pendidikan seni memegang peranan yang sangat penting yaitu sebagai sarana yang dapat memfasilitasi anak dalam mengekspresikan pikiran dan jiwa mereka. Tentu dengan bimbingan dan arahan dari guru, pendidikan seni sangat membantu dalam meningkatkan dan mengoptimalisasikan perkembangan kreativitas anak.

1. Pengertian Guru Kreatif

Kreativitas guru merupakan istilah yang banyak digunakan, baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Pada umumnya orang menghubungkan kreativitas dengan produk-produk kreasi. Dengan kata lain produk-produk kreasi itu merupakan hal yang penting untuk menilai kreativitas. Clark Monstakos, seorang psikolog humanistis menyatakan bahwa kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan (mengaktualisasikan) identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam dan orang lain. Pada dasarnya pengertian kreatif berhubungan dengan penemuan sesuatu, mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang telah ada.

Dari situlah sehingga dapat diartikan bahwa guru yang kreatif adalah guru yang mampu mengaktualisasikan dan mengekspresikan secara optimal segala kemampuan yang ia miliki dalam rangka membina dan mendidik anak didik dengan baik. Seorang guru yang kreatif akan memiliki sikap kepekaan, inisiatif, cara baru dalam mengajar, kepemimpinan serta tanggungjawab yang tinggi dalam pekerjaan dan tugasnya sebagai seorang pendidik.

 

 

2. Ciri-ciri Guru yang Kreatif

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa guru bukanlah sekedar orang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan materi pengetahuan tertentu, akan tetapi adalah anggota masyarakat yang harus ikut aktif dan berjiwa besar serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak didiknya untuk menjadi anggota masyarakat yang dewasa.

Pada hakikatnya, mengajar jika dilakukan dengan baik telah dikatakan kreatif. Kunci keberhasilan pengembangan kreatif itu terletak pada mengajar dengan kreatif dan efisien dalam interaksi yang kondusif. Hal ini tidaklah mudah dan dibutuhkan keahlian dan kreativitas dalam kegiatan pembelajaran agar tercapai apa yang diharapkan. Secara umum dapat dinyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Memiliki hasrat keingintahuan yang cukup besar.

b. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru.

c. Panjang akal.

d. Mempunyai keingintahuan untuk menemukan (meneliti).

e. Cenderung lebih menyukai tugas yang berat (sulit).

f. Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan.

g. Memiliki dedikasi, bergerak dan aktif menjalankan tugas.

h. Berfikir fleksibel.

i. Menanggapi pertanyaanyang diajukan serta cenderung memberi jawaban yang lebih banyak.

j. Kemampuan membuat analisis dan sintesis.

k. Memiliki semangat bertanya serta meneliti.

l. Memiliki daya abstraksi yang cukup baik.

m. Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas.

Ada yang mengatakan bahwa mengajar itu adalah seni (art), karena mengajar itu membutuhkan inspirasi, intuisi, dan kreativitas. A.A. Mangun-harjana yang menukil salah satu ilmuwan barat mengata-kan bahwa mengembangkan kreativitas itu menjadi sesuatu yang sangat berpengaruh dalam kemajuan hidup. Orang yang berkreatif atas itu bercirikan lincah, kuat mental .dapat berfikir dari segala arah maupun ke segala arah, dan yang terpenting mempunyai keluwesan konseptual, orisinalitas dan menyukai kerumitan. Ciri-ciri tersebut masih harus ditambah lagi dengan sifat mau bekerja keras, mandiri, pantang menyerah, dan lebih tertarik pada konsep besar, punya selera humor dan fantasi serta tidak menolak ide-ide yang ada di depanya.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kreativitas Guru

Proses perkembangan pribadi seseorang pada umumnya ditentukan oleh perpaduan antara faktor-faktor internal (warisan dan psikologis) dan faktor eksternal (lingkungan sosial dan budaya). Faktor internal adalah hakikat dari manusia itu sendiri yang dalam dirinya ada suatu dorongan untuk berkembang dan tumbuh ke arah usaha yang lebih baik dari semula, sesuai dengan kemampuan pikirnya untuk memenuhi segala kebutuhan yang diperlukannya. Begitu juga seorang guru dalam hal melaksanakan tugasnya sebagai pelaksana pendidikan pasti menginginkan dirinya untuk tumbuh dan berkembang ke rah yang lebih baik dan berkualitas

Ada teori yang mengatakan "kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut Psikologis yaitu intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian atau motivasi. Secara bersamaan tiga segi dalam pikiran ini membantu memahami apa yang melatar belakangi individu yang kreatif. Intelegensi meliputi kemampuan verbal, pemikiran lancar, pengetahuan, perumusan masalah, penyusunan strategi, representasi mental, keterampilan pengambilan keputusan dan keseimbangan serta integrasi intelektual secara umum.

Gaya kognitif atau intelektual dari pribadi kreatif menunjukkan kelonggaran dan keterikatan konvensi, menciptakan aturan sendiri, melakukan hal-hal dengan caranya sendiri dan menyukai masalah yang tidak terlalu berstruktur. Dimensi kepribadian dan motivasi meliputi ciri-ciri seperti kelenturan, dorongan untuk berprestasi dan mendapat pengakuan keuletan dalam menghadapi rintangan dan pengambilan resiko yang moderat.

Faktor eksternal juga sangat berpengaruh pada dorongan dan potensi dari dalam, yaitu pengaruh-pengaruh yang datangnya dari luar yang dapat mendorong guru untuk mengembangkan diri. Faktor eksternal ini dapat dikelompokkan menjadi empat, sebagai berikut :

a. Latar belakang pendidikan Guru yang berkualifikasi profesional, yaitu guru yang tahu secara mendalam tentang apa yang diajarkannya, cakap dalam mengajarkannya secara efektif dan efisien dan guru tersebut berkepribadian yang mantap. Untuk mewujudkanvguru yang cakap dan ahli tentunya diutamakan dari lulusan lembaga pendidikan keguruan seperti PGSD (Diploma) FKIP (Universitas) atau lembaga pendidikan keguruan lainnya. Karena kecakapan dan kreativitas seorang guru yang profesional bukan sekedar hasil pembicaraan atau latihan-latihan yang terkondisi, tetapi perlu pendidikan pra jabatan yang terprogram secara relevan serta berbobot, terselenggara secara efektif dan efisien dan tolak ukur evaluasinya terstandar.

b. Pelatihan-pelatihan Guru

Guru dan organisasi keguruan pelatihan-pelatihan dan organisasi sangat bermanfaat bagi guru dalam mengembangkan pengetahuannya serta pengalamannya terutama dalam bidang pendidikan. Dengan mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut, guru dapat menambah wawasan baru bagaimana cara-cara yang efektif dalam proses pembelajaran yang sedang dikembangkan saat ini dan kemudian diterapkan atau untuk menambah perbendaharaan wawasan, gagasan atau ide-ide yang inovatif dan kreatif yang akan semakin meningkatkan kualitas guru.

c. Pengalaman mengajar Guru

Seorang guru yang telah lama mengajar dan telah menjadikannya sebagai profesi yang utama akan mendapat pengalaman yang cukup dalam pembelajaran. Hal ini pun juga berpengaruh terhadap kreativitas dan keprofesionalismenya, cara mengatasi kesulitan, yang ada dan sebagainya. Pengalaman mendorong guru untuk lebih kreatif lagi dalam menciptakan cara-cara baru atau suasana yang lebih edukatif dan menyegarkan.

d. Faktor kesejahteraan Guru

Tidak dapat dipungkiri bahwa guru adalah juga seorang manusia biasa yang tak terlepas dari berbagai kesulitan hidup, baik hubungan rumah tangga, dalam pergaulan sosial, ekonomi, kesejahteraan, ataupun masalah apa saja yang akan mengganggu kelancaran tugasnya sebagai seorang guru dalam proses pembelajaran.

Gaji yang tidak seberapa ditambah dengan keadaan ekonomi negara saat ini sedang dilanda krisis berpengaruh pada kesejahteraan guru. Oleh karena itu, tidak sedikit guru yang berprofesi ganda misalnya seorang guru sebagai tukang ojek demi memenuhi kebutuhan keluarganya. Hal ini akan sangat berpengaruh pada kreativitas guru dalam kegiatan pembelajaran.

Dikarenakan kesibukan di luar profesi keguruannya menyita banyak waktu, maka ia tidak mempunyai kesempatan untuk berpikir kreatif tentang pelaksanaan pembelajaran di sekolah dan terkesan asal-asalan. Akan tetapi jika gaji guru yang diperoleh mampu memenuhi kebutuhannya, maka ia pun akan memiliki waktu yang longgar untuk lebih memaksimalkan diri dalam menciptakan suasana belajar yang lebih edukatif, karena tidak dibayang-bayangi pekerjaan lainnya.

4. Usaha-usaha dalam meningkatkan kreativitas Guru

Tugas mengajar dan mendidik diumpamakan dengan sumber air, jika tidak terisi air maka akan kering. Demikian juga jabatan guru, jika tidak berusaha menambah wawasan baru, melalui membaca, dan terus belajar maka materi yang ia sajikan ketika mengajar akan terasa gersang.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semakin cepat, menuntut para guru untuk terus belajar dalam banyak hal yang terkait dengan pembelajaran secara berkesinambungan agar peran guru dalam pengajarannya tetap bermutu, kreatif dalam membimbing siswa. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan oleh guru dalam memacu kreativitas antara lain aktif membaca, gemar berapresiasi, mencintai seni, Respek terhadap perkembangan, menghasilkan sejumlah karya dan dapat memberi contoh dari hal-hal yang dituntut siswa.

Usaha pengembangan profesi tenaga kependidikan, khususnya guru meliputi :

a. Program Pre Service Education Sejak Indonesia merdeka sampai sekarang Pemerintah telah mengusahakan berbagai lembaga yang menata usaha perbaikan mutu guru. Usaha tersebut adalah dengan mengadakan sekolah-sekolah guru yang perjalanannya terus mengalami perbaikan dan peningkatan untuk menjadi lebih terfokus.

b. Di samping itu ada pula program akta mengajar yang diberikan kepada mereka yang berasal dari fakultas non keguruan untuk memperoleh kemampuan mengajar pada berbagai tingkatan sekolah. Dengan cara ini profesi kependidikan menjadi terbuka bagi yang berada di luar fakultas kependidikan untuk menjadi guru dan memberi proteksi kepada profesi ini dengan mengharuskan mengambil akta mengajar bagi yang ingin menjadi guru, sehingga dengan demikian kualitas guru dapat ditingkatkan.

  1. Program In Service Education Program In Service Education yaitu usaha yang memberi kesempatan pada guru-guru untuk mendapatkan penyegaran atau menurut istilah lainnya sebagai penyegaran yang membawa guru ke arah yang lebih baik.

 

Penutup

Untuk mencapai prestasi belajar yang baik, diperlukan sesuatu proses pembelajaran yang efektif dan efisien, sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan lancar dan sukses. Hal ini berarti bahwa hasil belajar ini tidak lepas dari faktor yang bersal dari dalam siswa itu sendiri berupa kemampuan yang dimilikinya, seperti minat perhatian, motivasi belajar, sosial ekonomi, fisik dan psikis.

Sungguhpun demikian hasil belajar yang dapat diraih juga sangat bergantung pada lingkungan belajar siswa. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar adalah kualitas pembelajaran.Yang dimaksud dengan kualitas pembelajaran adalah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan unsur-unsur yang dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran adalah kompetensi guru, karakteristik kelas dan karakteristik sekolah. Hal ini berarti bahwa dalam pembelajaran dibutuhkan suatu sistem yang di mana di dalamnya terdapat komponen-komponen pembelajaran yang saling berkaitan antara bahan pembelajaran, metode, dan tujuan pembelajaran.

Dengan demikian maka seorang guru yang merupakan salah satu komponen dalam sistem pembelajaran dituntut untuk kreatif dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang guru, sehingga proses pembelajaran akan lebih efektif dan terarah yang nantinya akan mudah mencapai tujuan dari pembelajaran dalam hal ini prestasi siswa akan lebih meningkat dengan adanya kekreativan seorang guru baik dalam mengelola pembelajaran maupun dalam menghadapi siswa.

 

DAFTAR PUSTAKA

Aka, Hawari. 2012. Guru Yang Berkarakter Kuat. Jakarta: Laksana.

Bafadal, Ibrahim. 2003. Peningkatan Profesional Guru di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Herawati, Ida Siti. Iriaji. 1998. Pendidikan Seni Rupa. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi.

Hurlock, Elizabeth B.1978. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Nurdin, Syarifuddin. dkk. 2002. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Jakarta: Ciputat Pers

Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat. Jakarta: Reneka Cipta.

Saut, Syefudin 2009. Pengembangan Propesi Guru. Bandung: CV Alfabet.

Widiastono, Tonny. 2004. Pendidikan Manusia Indonesia. Jakarta: Buku Kompas