Ilmuwan Peradaban Islam

Ilmuwan Peradaban Islam

Berakhirnya masa kekhalifahan, Islam memasuki babak baru. Kepemimpinan beralih ke bentuk Dinasti. Hal ini menjadi sejarah kemajuan peradaban Islam.

Dinasti pertama yang dikenal setelah berakhirnya kekhalifahan adalah Dinasti Umayyah pada tahun 41 H/661 M. Dinasti Umayyah yang berpusat di Damaskus mulai terbentuk sejak terjadinya peristiwa tahkim pada Perang Siffin. Di masa ini, peradaban Islam mengalami kemajuan diberbagai bidang seperti militer yang mampu menaklukan wilayah-wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh kerajaan Romawi dan Byzantium, bahkan wilayah kekuasaan Islam terbentang sampai ke Andalusia, Afrika Utara, Persia, Asia Tengah dan wilayah Hindia. Di bidang administrasi dan pemerintahan, pada masa Dinasti ini pemerintahan telah mengenal 4 departemen-departemen (Diwan Rasail atau Dewan surat negara, Diwan Kharaj atau dewan perpajakan, Diwan Jund atau dewan militer negara, Diwan Khatam atau dewan pencatatan) yang membantu pemerintah di dalam melaksanakan urusan pemerintahan. Selain di bidang militer dan administrasi pada masa Dinasti ini berkembang ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu keagamaan seperti ilmu qira’at, ilmu fiqh, ilmu tafsir, ilmu kalam, ilmu hadis, ilmu tasawuf dan ilmu bahasa. Dengan kemajuan di bidang ilmu keagamaan ini sehingga lahirlah ulama-ulama besar seperti Imam Hanafi, Imam Malik, Abu Hurairoh, Hasan al-Basri, dan lain sebagainya.

Setelah berakhirnya masa pemerintahan dinasti Umayyah, menandai berkuasanya Dinasti selanjutnya yatu Dinasti Abbasiah. Dimasa pemerintahan Dinasti Abbasiah antara tahun (132-656H/1258M), merupakan tonggak kemajuan peradaban Islam dunia. Selama lebih kurang lima setengah abad Dinasti Abbasiah yang berpusat di Baghdad dikenal dengan zaman keemasannya dunia Islam. Sungguh suatu era yang sangat lama, masa dimana seluruh peradaban dunia berkiblat pada Dinasti ini, berkiblat pada Islam. Dinasti Abbasiah terkenal dengan Dinasti yang memajukan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat dan melahirkan para ilmuwan yang mendunia seperti Al-Khawarizmi, Ibnu Sina, Jabir Ibn Hayyan, Al-Razi, Al-Kindi dan masih banyak lagi yang lainnya.

Jika ditinjau ulang sejarah keilmuwan abad pertengahan tersebut, kita akan dapati bahwa ilmu pengetahuan yang dibangun oleh para ilmuwan Islam sangatlah berkembang pesat, bahkan mewarnai dunia pada saat itu. Tradisi keilmuwan berkembang hingga mampu melahirkan pemikiran-pemikaran yang besar serta monumental, walaupun kondisi infrastruktur tidak cukup memadai dan mendukung pada saat itu. Ilmuwan-ilmuwan yang bahkan sampai sekarang penemuannya dijadikan rujukan diberbagai bidang kajian ilmu pengetahuan di dunia. Seperti misalnya Al-Khawarizmi sang bapak aljabar dan penemu angka nol ataupun Al-Razi dan Ibnu Sina tokoh di bidang kedokteran Arab yang buku-buku karyanya masih menjadi rujukan ilmu kedokteran pada saat ini.

Sungguh ironis rasanya sekarang ini banyak generasi muda Islam yang tidak mengenal para ilmuwan-ilmuwan Islam, malah cenderung mengidolakan ilmuan barat. Jika ditanya sebutkan nama-nama ilmuwan yang kamu kenal, mereka pasti menjawab Einstein, Thomas Alva Edison, Aristoteles dengan penemuan-penemuannya, atau Mark Zuckerberg sebagai penemu facebook. Pasti semua mengenalnya kan…, bahkan banyak sekarang yang mengidolakan Mark Zuckerberg sementara sang penemu facebook ini sendiri mengidolakan ilmuan Islam Al-Khawarizmi.

Begitu banyak penemuan-penemuan dari ilmuwan Islam yang diklaim oleh Barat, begitu banyak pula istilah-istilah sains bahkan nama ilmuwan Islam yang dibarat-baratkan. Padahal jika kita pelajari lebih lanjut, para ilmuwan Islam penemuan-penemuannya dihasilkan dari pemikiran tentang Islam, tentang Al-Quran, tentang kemahakuasaan Allah SWT selaku pemilik alam semesta. Seharusnya dengan mengenal mereka tentunya selain mendapatkan ilmu pengetahuannya, juga dapat menambah keimanan kita terhadap Allah SWT.