BDK Padang Gandeng TVRI sebagai Narasumber Pelatihan Fotografi dan Videografi
  • 28 Mei 2022
  • 345x Dilihat
  • Berita

BDK Padang Gandeng TVRI sebagai Narasumber Pelatihan Fotografi dan Videografi

BDK Padang - untuk pertama kalinya Balai Diklat Keagamaan (BDK) Padang mengadakan pelatihan teknis fotografi dan videografi. Dalam kesempatan itu BDK Padang langsung menggandeng TVRI sebagai narasumber untuk melatih 30 peserta yang merupakan Humas atau jabatan terkait di wilayah Kementerian Agama Sumatera Barat dan Jambi.

Pada pelatihan yang berlangsung pada tanggal 23 hingga 28 Mei lalu tersebut, hadir Ashary Jefri Ony sebagai Kamerawan TVRI M.Zaki yang juga kru TVRI.

Sebagai orang yang berkompeten di bidangnya kedua narasumber menyampaikan materi secara apik mulai dari memperkenalkan berita kehumasan, teknik pengambilan gambar hingga proses pembuatan konten menjadi sebuah foto atau video.

Ashary atau yang akrab disapa Hary mengatakan bahwa Humas dan Marketing itu memiliki kesamaan, yakni sama-sama menjual.
"Tapi bedanya, marketing menjual produk sedangkan humas menjual citra perusahaan/ instansi atau dengan nama lain humaslah yang menjaga citra dan reputasi tempat ia bekerja,'katanya saat menyampaikan materi.

Ia juga menyebutkan dalam pembuatan berita yang ideal, sebuah berita harus mengandung unsur 5W+1H yang terdiri dari what (apa), when (kapan), where (dimana), who (siapa), why (bagaimana) dan how (bagaimana).
"Setiap berita yang dibuat harus mengandung jawaban atas pertanyaan 5W+1H tersebut,"tambahnya.

Pada pelatihan tersebut juga kedua narasumber membawa peralatan tempur mereka dalam bekerja yakni kamera dan seperangkat perlengkapan yang dijelaskan secara langsung kepada peserta pelatihan mengenai untuk apa dan bagaimana penggunaannya.

Meskipun terlihat mudah, Hary menjelaskan dalam fotografi terdapat teknik-teknik tersendiri. Seperti pengaturan kamera yang berbeda ketika di dalam ruangan dan ketika diluar ruangan.
"Contohnya ketika ruang memiliki cahaya yang sedikit, maka kamera perlu disesuaikan pengaturan ISO, Aperture dan Shutter Speed-nya agar tetap mendapat hasil jepretan yang jelas terlihat."

Sedangkan ilmu videografi dapat sejalan lurus dengan fotografi, yang membedakan videografi merupakan gambar bergerak dalam durasi tertentu.
"Pada dasarnya untuk mendapatkan hasil yang maksimal juga diperlukan peralatan yang optimal,"ungkapnya.

Hary dan Zaki tak hanya menyampaikan ilmu kejurnalistikan ini secara teori. Keduanya juga mengajak humas untuk turun praktek ke lapangan dengan topik yang ringan dengan membuat foto atau video dekat lokasi pelatihan.

 

Zaki juga memaparkan, dalam membuat konten yang berbentuk video ada metode yang perlu diingat agar menghasilkan suatu karya yang apik dan layak untuk ditonton publik.
"Perpindahan kamera untuk merekam video dapat disesuaikan dari segi pengambilan gambar dan motivasinya,"katanya.

Zaki mencontohkan, seperti pengambilan gambar yang diambil dari bawah atau lebih rendah dari pada objek untuk menggambarkan kemegahan dan kegagahan atau lebih dikenal dengan istilah low angle dalam istilah jurnalistik.

Selanjutnya, Zaki dan pihaknya juga menyampaikan cara mengedit video pada berbagai aplikasi smartphone maupun laptop yang bisa digunakan humas dalam menjalankan kinerjanya.

Diakhir materi setiap peserta melampirkan video pendek yang kemudian di ulas bersama-bersama semua peserta sebagai bahan pembelajaran bersama.