Corona ; Berkurangnya Taskhir Allah SWT

Corona ; Berkurangnya Taskhir Allah SWT

Semenjak ditemukannya kasus pertama di Indonesia yang positif terpapar virus corona (covid-19) pada awal maret 2020 yang lalu, kehidupan sosial masyarakat mengalami perubahan drastis karena adanya pembatasan-pembatasan serta larangan-larangan ini dan itu.

Pertama-tama muncul kebijakan dari pemerintah agar masyarakat bekerja, belajar dan beribadah di rumah. Setelah itu keluar pula kebijakan yang dikenal dengan istilah social distancing atau himbauan agar menjaga jarak dengan orang lain minimal 1.5 meter, masyarakat dilarang berkerumun, berkumpul dan mengadakan acara yang menghadirkan orang dalam jumlah besar.

Kebijakan di atas, diperkuat dengan keputusan berikut yang dikenal dengan istilah karantina wilayah yang bertujuan untuk membatasi pergerakan orang dari satu tempat ke tempat lain, dengan kebijakan ini maka setiap pendatang dari satu daerah akan diperiksa dan diperintahkan untuk menjalani protokol/SOP kesehatan yang telah ditetapkan dan tidak boleh secara otomatis berkeliaran di tengah masyarakat, apalagi jika datang dari daerah yang terjangkit virus corona (covid-19).

Belum lagi jika pemerintah memberlakukan kebijakan yang dikenal dengan lockdown atau mengunci suatu daerah atau wilayah bahkan negara dan melarang siapa saja yang hendak masuk atau keluar dari daerah tersebut. Masih ada beberapa kebijakan lain yang dikeluarkan oleh pemerintah dan para pemangku kepentingan yang pada intinya telah membatasi dan melarang masyarakat untuk menjalankan aktifitas seperti biasanya.

Virus corona (covid-19) yang mewabah, ternyata benar-benar telah memporakporandakan kehidupan masyarakat dunia dari berbagai aspeknya, tidak saja sosial tetapi juga aspek ekonomi yang menjadi penopang kehidupan umat manusia bahkan aspek agama.

Umat Islam bisa dikatakan termasuk komunitas terbesar dunia yang sangat merasakan dampak dari wabah virus corona (covid-19) ini.  Dampak pertama yang paling nyata adalah pemberhentian sementara pelaksanaan haji dan umrah untuk waktu yang belum ditentukan yang ditandai dengan ditutupnya masjidil haram dan masjid nabawi.

Kesedihan umat Islam semakin mendalam ketika pemerintah melalui BNPB (Badan Nasional Penanggulang Bencana) Nasional mengumumkan perpanjangan masa darurat covid-19 sampai akhir mei 2020 dan munculnya SE (Surat Edaran) Menteri Agama no. 6 tahun 2020 tentang panduan ibadah ramadhan1441 H dan idul fitri di tengah pandemi covid-19 serta ibadah-ibadah dan syi’ar lainnya agar di rumah saja bersama keluarga inti, padahal ramadhan dan idul fitri tinggal menghitung hari.

Beragam kata dan ungkapan yang bisa dipublish menyikapi dampak virus corona (covid-19) ini, akan tetapi selaku umat beragama akan lebih bijak dan bermanfaat jika banyak merenung dan muhasabah diri serta mempertebal iman kepada Allah SWT. Dalam perspektif akidah Islam, Allah SWT adalah Sang Pencipta, Sang Pengatur sekaligus Sang Pemelihara alam semesta ini.

Selain Sang Pencipta, Sang Pengatur dan Sang Pemelihara alam semesta, Allah SWT juga Maha Rahman dan Maha Rahim. Melalui sifat-sifat tersebut, Allah SWT menganugrahkan taskhirnya di alam semester ini, sehingga semua makhluk termasuk manusia dapat menikmati hidup dengan nyaman dan menjalankan semua aktifitasnya.

Mengutip pendapat Nasruddin Umar, taskhir adalah ketundukan alam semesta kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi. Sementara, para ahli tafsir memberikan penjelasan bahwa taskhir adalah menundukkan sesuatu yang diinginkan untuk sebuah kebermanfaatan bagi hamba. Taskhir (ketundukkan) ini adalah nikmat atau anugrah Allah SWT yang tidak lahir secara instan atau tiba-tiba, akan tetapi dengan sebuah syarat yakni selama manusia menjalankan fungsi kekhalifahannya dengan benar dengan cara mengelola dan memakmurkan alam semesta ini.

Agaknya dengan berbagai keterbatasan yang dirasakan hari ini dan larangan-larangan yang menyulitkan kehidupan umat manusia sebagai akibat mewabahnya virus corona (covid-19), amat terasa bahwa taskhir Allah seolah-olah hilang sementara.

Jika merujuk kepada Al-Qur’an, setidaknya akan ditemukan 16 kali kata taskhir yang terdapat di sepuluh surat yang berbeda. Potongan-potongan ayat-ayat tersebut sebagai berikut.

  1. Q.S. ar-Ra’du ayat 2 :

وَسَخَّرَ ٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ ۖ كُلٌّ يَجْرِى لِأَجَلٍ مُّسَمًّى ۚ يُدَبِّرُ ٱلْأَمْرَ يُفَصِّلُ ٱلْءَايَٰتِ لَعَلَّكُم بِلِقَآءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ

“Allah lah yang menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan(mu) dengan Tuhanmu”

 

       2. Q.S. Ibrahim ayat 32-33 :

وَسَخَّرَ لَكُمُ ٱلْفُلْكَ لِتَجْرِىَ فِى ٱلْبَحْرِ بِأَمْرِهِۦ ۖ وَسَخَّرَ لَكُمُ ٱلْأَنْهَٰرَ

“Allah lah yang telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai”

 

      3. Q.S. an-Nahl ayat 12 dan 14 :

وَسَخَّرَ لَكُمُ ٱلَّيْلَ وَٱلنَّهَارَ وَٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ ۖ وَٱلنُّجُومُ مُسَخَّرَٰتٌۢ بِأَمْرِهِۦٓ ۗ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

“Dan Allah lah yang menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu juga ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami”

 

وَهُوَ ٱلَّذِى سَخَّرَ ٱلْبَحْرَ لِتَأْكُلُوا۟ مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُوا۟ مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا

“Dan Dialah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan dari padanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai”

 

       4. Q.S. al-Hajj ayat 65 :

أَلَمْ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ سَخَّرَ لَكُم مَّا فِى ٱلْأَرْضِ وَٱلْفُلْكَ تَجْرِى فِى ٱلْبَحْرِ بِأَمْرِهِۦ

“Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya”

 

       5. Q.S. al-Ankabut ayat 6 :

وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ وَسَخَّرَ ٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُ

“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah"

 

       6. Q.S. Luqman ayat 20 dan 29 :

أَلَمْ تَرَوْا۟ أَنَّ ٱللَّهَ سَخَّرَ لَكُم مَّا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُۥ ظَٰهِرَةً وَبَاطِنَةً ۗ

“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin.”

 

وَسَخَّرَ ٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِىٓ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى وَأَنَّ ٱللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

 

“Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan, dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

 

        7. Q.S. Fathir ayat 13 :

وَسَخَّرَ ٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِى لِأَجَلٍ مُّسَمًّى ۚ ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ ٱلْمُلْكُ ۚ

“Dan Dialah yang menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nya-lah kerajaan.”

 

       8. Q.S. az-Zumar ayat 5 :

وَسَخَّرَ ٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ ۖ كُلٌّ يَجْرِى لِأَجَلٍ مُّسَمًّى ۗ أَلَا هُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفَّٰرُ

“dan Allah lah yang menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”

 

       9. Q.S. az-Zukhruf ayat 13 :

وَتَقُولُوا۟ سُبْحَٰنَ ٱلَّذِى سَخَّرَ لَنَا هَٰذَا وَمَا كُنَّا لَهُۥ مُقْرِنِينَ

“dan hendaklah kamu mengucapkan: "Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya”

      10. Q.S. al-Jatsiyah ayat 12-13

ٱللَّهُ ٱلَّذِى سَخَّرَ لَكُمُ ٱلْبَحْرَ لِتَجْرِىَ ٱلْفُلْكُ فِيهِ بِأَمْرِهِۦ وَلِتَبْتَغُوا۟ مِن فَضْلِهِۦ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia -Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur.”

 

وَسَخَّرَ لَكُم مَّا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ جَمِيعًا مِّنْهُ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.”

          Melalui 16 ayat al-Qur’an di atas, terlihat jelas bahwa Allah SWT lah yang menundukkan segala sesuatu di jagad raya ini untuk memudahkan manusia mengarunginya. Di dalam ayat-ayat tersebut, Allah SWT tegaskan bahwa Dialah yang menundukkan langit dan bumi beserta segala isinya untuk kepentingan manusia.

Allah pulalah yang menundukkan matahari, bulan dan bintang yang kesemuanya untuk kepentingan manusia dalam rangka memudahkan urusan mereka. Selanjutnya, Allah SWT juga yang menundukkan malam dan siang untuk kepentingan manusia. Serta Allah SWT pula yang menundukkan lautan yang luas untuk memudahkan manusia mengarungi dan melintasinya sehingga kapal/bahtera berlayar dengan tenang, aman dan nyaman serta mencari rezki di dalamnya dan mengambil manfaat sebesar-besarnya dari laut. Tegasnya, berdasarkan ayat-ayat tersebut, alangkah sentral dan urgennya fungsi taskhir Allah SWT bagi kehidupan umat manusia.

Pernahkan manusia berfikir dan menyadari ketika pada suatu kali dia bepergian dengan pesawat udara dan atau berlayar di laut menggunakan kapal, seandainya tidak ada taskhir Allah di alam jagad raya ini, pesawat terbang bisa melintasi udara dengan ketinggian lebih dari 36.000 kaki? dan kapal bisa berlayar di lautan/samudera lepas?. Jawabannya tentu tidak dan akan menemui berbagai halangan dan rintangan. makanya Islam mengajarkan umatnya agar tidak lupa membaca do’a sebelum bepergian/naik kenderaan. Salah satu do’a yang cukup tepat agar taskhir Allah diberikan kepada seseorang dan perjalanannya relatif lancar tampa hambatan. Do’a tersebut adalah.

اللهم سخر لناَ فى سَفرناَ هَٰذَا وَمَا كُنَّا لَهُۥ مُقْرِنِينَ

“Ya Allah, mudahkanlah perjalanan kami (dengan menundukkan alam ini bagi kami) padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya.

Hari-hari belakangan ini, aktifitas manusia dihadapkan kepada berbagai keterbatasan dan larangan-larangan. Keterbatasan yang dirasakan adalah tidak bisa lagi bepergian dengan leluasa ke daerah lain baik dengan pesawat, kapal dan mobil, apalagi ke negara lain karena adanya kebijakan lockdown. Seolah alam tidak mudah lagi dan tidak lagi ramah untuk diarungi. Dilarang berkumpul/berkerumun dan menggelar acara yang menghadirkan banyak orang serta dianjurkan di rumah saja, dilarang keluar,bahkan ada yang memberlakukan jam malam. Seolah-olah siang dan malam yang nyata-nyata telah ditundukkan Allah untuk keperluan manusia, tidak lagi mudah untuk dilalui dan dimanfaatkan.

Akhirnya tulisan ini sampai pada satu kesimpulan, bahwa semenjak mewabahnya virus corona (covid-19), amat terasa berkurangnya taskhir Allah SWT bagi manusia di dunia hari ini. Hanya saja, covid-19 jika dilihat di satu sisi telah menjadi musibah bagi peradaban umat manusia, ada yang berstatus ODP, ada PDP dan ada yang positif covid-19 bahkan ada yang meninggal akibat wabah ini. Disisi lain, juga menjadi mau’izhah (pelajaran) yang menyadarkan manusia selaku khalifah Allah di bumi, jangan-jangan tugas mengolah, melestarikan dan memakmurkan bumi telah abai dilakukan. Wallahu a’alam.